Terobosan Terbaru, Ilmuwan Gunakan Karbon Dioksida Sebagai Pupuk

Ilustrasi kebun sayur di rooftop Universitas Boston. (Boston University)

Editor: Dera - Rabu, 14 Desember 2022 | 16:15 WIB

Sariagri - Karbon dioksida (CO2) dari napas manusia ternyata dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Mungkin ini terdengar agak aneh, tetapi para ilmuwan di Boston University, AS telah membuktikannya secara ilmiah. Eksperimental tersebut mereka beri nama BIG GRO.

Sederhananya, para ilmuwan tersebut memanfaatkan CO2 yang dialirkan melalui ventilasi udara kampus mereka untuk membantu menumbuhkan tanaman di kebun atap kampus. Hasilnya, tanaman bayam yang mendapatkan aliran udara CO2 tumbuh 4 kali lebih besar dibandingkan tanaman bayam kontrol yang tidak diberi CO2.

Penelitian yang sama juga diterapkan pada tanaman jagung dan hasilnya, tanaman jagung yang diberi aliran udara CO2 tumbuh 2-3 kali lebih besar dibandingkan kelompok kontrol, demikian dilansir popularmechanics.com.

Para peneliti mengatakan, mereka memilih bayam dan jagung karena keduanya merupakan tanaman yang relatif umum dan dapat dimakan, tetapi keduanya memiliki jalur fotosintesis yang berbeda (masing-masing C3 dan C4).

Dalam penelitian ini, para ilmuwan Boston memanfaatkan CO2 yang dialirkan dari 20 ruang kelas. "Tingkat CO2 rata-rata di atas 1.000 ppm (parts per million) di ruang kelas dan di atas 800 ppm di ventilasi pembuangan atap," kata Sarabeth Buckley, penulis utama studi.

Meski penelitiannya telah membuahkan hasil, para ilmuwan ini masih memerlukan studi lanjutan untuk memastikan bahwa hasil penelitian mereka dapat diterapkan secara luas.

"Masih banyak aspek dari sistem ini yang harus ditentukan sebelum dapat diimplementasikan, seperti desain aplikasi udara yang optimal dan sejauh mana efek pertumbuhan yang ditingkatkan," kata Buckley.

Baca Juga: Terobosan Terbaru, Ilmuwan Gunakan Karbon Dioksida Sebagai Pupuk
Senyawa dalam Daun Bayam Bayi Efektif Obati Dermatitis Atopik



Selain itu, mereka juga harus menemukan kecepatan angin optimal yang dimasukkan ke dalam sistem, karena kecepatan angin yang tinggi ternyata menurunkan pertumbuhan tanaman.

Jika sudah lengkap, BIG GRO setidaknya bisa digunakan sebagai alternatif sistem pertanian perkotaan yang berkelanjutan sambil mengatasi masalah lingkungan akibat polusi udara. Studi ini telah dipublikasikan di Frontiers in Sustainable Food Systems.