Benarkah Kentang dan Tomat Bisa Jadi Obat Kanker di Masa Depan?

Ilustrasi tomat. (Pixabay)

Editor: Dera - Rabu, 21 Desember 2022 | 09:30 WIB

Sariagri - Sayuran seperti kentang dan tomat suatu hari nanti dapat membantu melawan kanker. Hal tersebut menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Adam Mickiewicz di Polandia dan diterbitkan di jurnal Frontiers of Pharmacology.

Dalam studi tersebut, para peneliti meneliti senyawa bioaktif yang disebut glycoalkaloid. Para peneliti ingin mengetahui bagaimana senyawa tersebut dapat berperan dalam mencegah atau mengobati kanker.

Mengutip Healthline, glycoalkaloid ditemukan pada tanaman nightshade, termasuk tomat, terong, dan kentang. Tumbuhan nightshade menghasilkan alkaloid sebagai pertahanan terhadap hewan pemakan tumbuhan, beberapa di antaranya bersifat beracun. 

Namun, para peneliti mengatakan bahwa jika mereka dapat menemukan dosis yang aman dan terapeutik, mereka dapat mengubah racun menjadi obat.

“Saya akan sangat berhati-hati saat memikirkan tentang glycoalkaloid yang terkandung pada kentang, termasuk alfa-solanin dan chaconine,” jelas Jessica Cooperstone, Ph.D., seorang peneliti Program Penelitian Karsinogenesis dan Kemoprevensi Pusat Kanker Komprehensif Ohio State University. 

“Senyawa ini bisa sangat beracun pada manusia. Atau menjadi sesuatu yang baik jika diberikan pada dosis rendah atau sedang, bisa menjadi racun jika diberikan pada tingkat tinggi,” tambahnya. 

Kekurangan Glycoalkaloid

Glycoalkaloid dapat menghambat pertumbuhan sel kanker. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Glycoalkaloid tidak beracun dan tidak berisiko merusak DNA atau menyebabkan tumor.

Namun studi pada 2008 menemukan yang sebaliknya. Saat kentang mulai bertunas, kandungan glycoalkaloid meningkat. Jika kentang bertunas dikonsumsi, dapat mengakibatkan gejala seperti muntah, diare, dan sakit perut, biasanya dalam beberapa jam setelah dikonsumsi. 

Tingkat konsumsi yang lebih tinggi bahkan menyebabkan penurunan tekanan darah, denyut nadi cepat, demam, sakit kepala, kebingungan, dan dalam kasus ekstrem, kematian. Glycoalkaloid juga bisa berdampak negatif pada sistem reproduksi.

Sebuah studi yang diterbitkan pada 2018 menemukan bahwa kentang yang bertunas dikaitkan dengan anensefali dan bibir sumbing pada bayi baru lahir.

“Kita tahu dari abad lalu, para ilmuwan memperoleh banyak kemoterapi dan obat antibiotik dari bakteri alami, mikroorganisme, dan tumbuhan,” kata Dr. Santosh Kesari, ahli neuroonkologi dan direktur neuroonkologi di Pusat Kesehatan Providence Saint John. 

Baca Juga: Benarkah Kentang dan Tomat Bisa Jadi Obat Kanker di Masa Depan?
Benarkah Ekstrak Delima Bisa Lemahkan Sel Kanker? Ini Kata Peneliti

Pemahaman mendetail tentang sifat glycoalkaloid akan diperlukan untuk mengevaluasi lebih lanjut bagaimana kandungan tersebut dapat membantu melawan kanker.

“Ada banyak penelitian yang menunjukkan manfaat mengonsumsi makanan nabati untuk menurunkan risiko kanker, tetapi bukti konklusif tentang efek senyawa atau makanan tertentu masih sedikit,” tutup Cooperstone.