Potensi Ekspor, Petani Ngawi Tekuni Budidaya Jeruk Dekopon
Editor: Arya Pandora - Selasa, 21 April 2020 | 15:14 WIB
SariAgri - Musim Peralihan pada pertengahan tahun ini, dikisaran sekitar bulan mei-juni 2020, diperkirakan menjadi harapan baru bagi Petani Jeruk dekopon, yang berada di lereng Gunung Lawu Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Setelah merawat hampir 24 bulan lamanya, para petani jeruk dekopon yang ada di Desa Hargomulyo Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi, sebentar lagi merasakan manisnya Panen raya jeruk dekopon.
Seperti yang diungkapkan Salam, petani jeruk dekopon Desa Hrgomulyo, yang telah lama tertarik membudidayakan Buah asal negeri sakura ini, di Lahan pekarangan depan rumahnya seluas 1.500 meter.
“Saya menanam sekitar 80 batang pohon jeruk dekopon di pekarangan depan hingga samping lahan rumah. Semoga tahun ini sekitar mei atau juni sudah bisa di panen. Saat ini jeruk milik saya sudah banyak yang besar, tapi masih hijau. Sebagian ada yang sudah keliatan kuning
kulitnya, “ aku salam kepada SariAgri.
Berbeda halnya dengan suparlan, rekan salim sesame petani, ia 3 tahun lalu sudah merasakan manisnya dari pendapatan memanen jeruk dekopon. Suparlan mengaku tidak ada masalah dengan kondisi tanah maupun iklim di ngawi bagi tanaman jeruk dekopon miliknya.
“Alhamdulillah, berbuah lebat dan bisa panen pertama kali tahun 2017 lalu. Dari lahan 2.000 meter saya punya sekitar 140 batang pohon, waktu itu panen setiap pohon bisa menghasilkan antara 40 hingga 60 buah,” uangkap suparlan dengan bangga.
Selebihnya, pohon jeruk dekopon akan berbuah kembali setiap 4 atau 5 bulan berikutnya, tambah suparlan. Bibit pohon jeruk dekopon diperolehnya dari teman petani asal bandung. Ia pertama kali mendapat 100 batang, lalu dikembangkan sendiri dengan cara stek temple (vegetatif) lalu diperbanyak.
Hasilnya kemudian dibagikan ke kalangan petani sekitar yang tertarik membudidayakan buah jeruk ini. Budidaya Jeruk Dekopon, kini mulai banyak dilirik warga setempat karena dikenal sebagai tanaman yang tumbuh baik di dataran tinggi.
Warga menanam ratusan pohon, dengan sistem tumpang sari di pekarangan rumah dan kebun petani. Modal awal untuk menanam 100 bibit jeruk tersebut, dibutuhkan dana Sekitar Rp 3,5 Juta Hingga Rp 5 Juta.
Sementara jika panen melimpah, bisa menghasilkan panen hingga Rp 500 juta. Asumsinya, kata suparlan, jeruk dekopon bisa memiliki bobot 1,3 kg jika bagus. Setiap kilo harga buah ini bisa mencapai Rp 80.000.
Baca Juga: Potensi Ekspor, Petani Ngawi Tekuni Budidaya Jeruk DekoponHarga Jeruk Lokal dan Impor Naik Jelang Ramadan
“Pasarnya cukup potensial, baik pembeli dalam negeri maupun Ekspor sangat tinggi permintaannya. Disamping itu dagingnya tebal, rasanya manis, kulitnya pun manis tidak seperti jeruk lainnya, “ sergah Suparlan setengah berpromosi.
Selain di Kecamatan Ngrambe, warga disekitar Kecamatan Jogorogo, Kendal dan Sine serta Paron Kabupaten Ngawi uga mulai membudidaya jeruk tersebut. Dari uji coba sejumlah warga, jeruk tersebut bisa beradaptasi dengan tanah dan iklim lereng Gunujng Lawu Utara. (Arief L/ SariAgri Jawa Timur)