Ekspor Manggis Indonesia Bergeliat di Tengah Pandemi COVID-19

Ilustrasi buah manggis (Pixabay)

Editor: Arif Sodhiq - Selasa, 28 April 2020 | 08:06 WIB

SariAgri - Para Petani Manggis di Senduro, Lumajang, Jawa Timur saat ini bisa bernapas lega. Pasalnya, di tengah pandemi COVID-19, hasil Panen manggis asal daerah tersebut bisa kembali diekspor ke mancanegara.

Adanya penutupan jalur penerbangan ke sejumlah negara, tak menyurutkan semangat para eksportir untuk terus mengirim Buah berjuluk 'The Queen of Tropical Fruit' tersebut ke sejumlah negara, utamanya China.

Bergeliatnya kembali Ekspor manggis disambut positif berbagai kalangan. Salah satu manfaat yang sangat dirasakan petani manggis di Lumajang adalah harga jual di tingkat petani tetap terjaga.

“Betul saat ini masih berlangsung ekspor manggis dari Lumajang untuk tujuan China. Dikirimnya melalui jalur laut lewat Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Ini untuk mensiasati adanya pembatasan ekspedisi melalui jalur penerbangan internasional ke China ditengah wabah COVID-19,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto dalam rilisnya, Senin (27/4/2020).

Anton sapaan Prihasto Setyanto mengungkapkan bergeliatnya kembali ekspor buah tropis ini tentu menggembirakan karena akan membawa manfaat positif bagi perekonomian nasional, khususnya bagi petani manggis.

“Mereka bisa menikmati harga manggis yang lebih baik,” katanya.

Anton menjelaskan, permintaan buah-buahan tropis di berbagai negara sebenarnya sangat tinggi. Terlebih pada saat pandemi COVID-19, masyarakat dunia sangat membutuhkan asupan Vitamin dari buah segar.

“Manggis ini sudah lama dikenal memiliki banyak manfaat kesehatan. Permintaan Pasar luar negeri cukup tinggi. Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, kita akan terus dorong ekspor buah tropis kita, apapun keadaannya. Hal ini juga bagian dari program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (GraTiEks) komoditas pertanian yang dicanangkan oleh Mentan SYL. Justru saat seperti sekarang ini adalah momentum sekaligus peluang bagus untuk para eksportir mengisi pasar dunia. Tentunya tanpa mengabaikan protokol kesehatan,” terang Anton.

Ekspor manggis bergeliat

Ketua Asosiasi Petani Manggis “Senduro Makmur” Kandangtepus Senduro Lumajang, Sahul Priyadi (49) mengaku senang hasil panen manggis dari daerahnya bisa kembali diekspor. Meski setiap tahun pihaknya rutin memasok manggis ke eksportir, diakuinya tahun ini sempat muncul kekhawatiran akibat pandemi COVID-19.

“Senang sekali ada ekspor manggis lagi. Terus terang kami sempat khawatir tahun ini tidak bisa ekspor lagi karena adanya Virus Corona. Alhamdulillah, ternyata tahun ini mitra eksportir kami masih bisa (ekspor) lagi lewat pelabuhan Jakarta,” kata Sahul.

Menurut Sahul yang sekaligus koordinator pengumpul manggis wilayah Lumajang, sejak awal Maret 2020 lalu hingga saat ini sudah mengirim sedikitnya 90 ton manggis untuk diekspor melalui PT Bumi Alam Sumatera (BAS).

Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, dirinya mengaku mampu memasok rata-rata 55 ton untuk dieskpor.

“Ekspor manggis dari Lumajang terbilang lancar. Buktinya, sejak awal Maret sampai sekarang sudah kirim 12 kali sebanyak 1.000 boks, masing-masing boks beratnya 7,5 kilogram. Jadi totalnya sudah sekitar 90 ton. Ini masih jalan terus, sampai kira-kira panen bulan Mei nanti,” jelasnya.

Dengan adanya ekspor, kata Sahul, petani bersyukur karena harga manggis bisa terjaga meski sedang panen raya. Sekarang ini manggis dibeli eksportir Rp13 ribu - Rp15 ribu per kilo sesuai grade.

“Kalau pas lagi jarang manggis, pernah dihargai sampai Rp45 ribu - Rp 60 ribu sekilo. Lha, kalau hanya ngandelin jual ke penebas lokalan, harganya bisa jauh dibawah itu,” ungkapnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Lumajang, Donny Ananto menyebut potensi pengembangan manggis di daerahnya masih sangat luas. Manggis lokal Lumajang banyak ditemui di beberapa kecamatan seperti Senduro, Guci Alit, Pasru Jambe, Randu Agung dan Candipuro.

“Catatan statistik kami, produksi tahun 2019 lalu mencapai 631 ton. Kebun manggis disini ada yang berupa hamparan, ada pula yang spot-spot peninggalan simbah-simbah dulu yang umurnya puluhan bahkan ada yang ratusan tahun. Perkiraan lebih dari 170 hektar,” katanya.

Donny mengatakan pihaknya sangat membuka diri dan siap memfasilitasi apabila ada eksportir lain yang berminat menjalin kemitraan dengan petani manggis di Lumajang. Guna memacu ekspor, Dinas Pertanian setempat hingga kini terus menggiatkan pembinaan kepada Kelompok Tani serta melakukan registrasi kebun manggis sebagai salah satu persyaratan ekspor.

“Di lapangan masih banyak sekali manggis yang belum diekspor, karena rata-rata petani menjualnya masih tebasan. Akibatnya kalau pas lagi panen raya harganya selalu rendah. Apalagi sekarang dibayang-bayangi adanya COVID-19. Untunglah saat ini ada ekspor lagi, sangat membantu petani,” tukasnya.

Baca Juga: Ekspor Manggis Indonesia Bergeliat di Tengah Pandemi COVID-19
Matcha Tea untuk Bahan Kasur dan Bantal Kesehatan Tembus Pasar Korsel

Mengutip data BPS, produksi manggis nasional tahun 2019 sebanyak 246.476 ton naik 8,03% dibanding tahun sebelumnya. Sentra produksi manggis membentang dari Sumatera, Jawa hingga Nusa Tenggara bahkan sampai Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan.

Beberapa sentra terkenal diantaranya Purwakarta, Tasikmalaya, Bogor, Subang, 50 Kota, Solok, Solok Selatan, Kampar, Purworejo, Tabanan dan Lombok Barat. Lumajang menjadi salah satu sentra penghasil manggis di Jawa Timur selain Ponorogo, Jember, Malang, Trenggalek, Blitar, Jombang dan Banyuwangi.