Mengenal Fertigasi, Sistem Pertanian yang Bisa Hemat Biaya Produksi

Editor: Dera - Jumat, 30 Oktober 2020 | 11:00 WIB
SariAgri - Fertigasi adalah proses di mana pupuk dilarutkan, diencerkan dan didistribusikan bersama dengan air melalui sistem irigasi mikro. Metode ini kini populer dalam hortikultura dan pertanian ekstensif.
Sistem ini memungkinkan pemberian pupuk dalam jumlah yang benar sesuai dengan kekurangan unsur hara tanaman. Proses fertigasi dapat mengurangi erosi tanah, meminimalkan risiko akar tertular penyakit yang ditularkan melalui tanah, mengurangi konsumsi air, mengurangi jumlah pupuk yang digunakan, meningkatkan nutrisi yang diserap oleh tanaman, dan mengontrol waktu dan kecepatan pelepasan pupuk yang tepat.
Mengutip International-agriculture.com dan Krishijagran.com, penerapan fertigasi dapat menggunakan dua pendekatan. Pertama, pendekatan proporsional. Fertigasi digunakan dalam media tanpa tanah di mana larutan pupuk dalam jumlah yang tepat disuntikkan ke dalam setiap unit air yang mengalir melalui sistem irigasi.
Kedua, pendekatan kuantitatif, fertigasi digunakan di lahan terbuka di mana ahli hortikultura pertama kali memutuskan berapa banyak pupuk yang harus diterapkan per satuan luas.
Berdasarkan ujicoba, fertigasi memberikan hasil yang lebih tinggi dan kualitas tanaman yang lebih baik. Ini terjadi karena pasokan hara ke tanaman sesuai dengan tahap fisiologis dengan mempertimbangkan iklim dan karakteristik tanah, sehingga memberikan hasil secara kuantitas dan kualitas yang tinggi.
Fertigasi juga menjamin peningkatan efisiensi nutrisi, karena nutrisi diterapkan langsung ke zona akar secara seragam, di mana akar aktif terkonsentrasi. Sistem ini juga dapat meminimalisir biaya produksi lantaran jumlah penggunaan pupuk yang lebih sedikit.
Fertigasi mengurangi polusi air tanah, karena dosis pemakaian yang tepat membuat penggunaan pupuk sangat optimal. Hal ini mengurangi potensi pencemaran air tanah karena penggunaan pupuk berlebihan.
Penggunaan larutan pupuk dalam fertigasi lebih praktis dibanding pupuk jenis padat atau granular, sehingga lebih nyaman bagi petani dan tentu saja lebih menghemat biaya.
Penerapan fertigasi memerlukan beberapa persiapan, pertama, analisis tanah untuk menentukan ketersediaan hara tanah dan jenis tanah. Analisis tanah akan membantu dalam pengembangan program pemupukan.
Kedua, penyiapan sistem irigasi dan pompa injector. Sistem irigasi tetes fertigasi ini digunakan untuk produksi sayuran, karena itu petani disarankan menggunakan pompa injektor seperti pompa piston dan tipe Venturi.
Ketiga, memperhatikan kualitas kejernihan air karena sedimen di dalam air yang keruh dapat menyumbat pemancar ke dalam selang tetes. Kempat adalah pasokan air yang cukup yang dibutuhkan oleh tanaman, terakhir adalah penggunaan jenis pupuk yang berkualitas agar nutrisi yang digunakan untuk kesuburan dapat larut.
Dibandingkan dengan metode pengairan konvensional, metode fertigasi memiliki beberapa keuntungan, di antaranya peningkatan penyerapan hara dan efisiensi penggunaan pupuk oleh tanaman. Penempatan nutrisi juga lebih akurat karena nutrisi mengalir bersama air langsung menuju ke akar.
Baca Juga: Mengenal Fertigasi, Sistem Pertanian yang Bisa Hemat Biaya ProduksiTidak Ada Jeda Tanam, Produksi Gabah Petani Bengkulu Turun
Fertigasi juga lebih produktif dan menghasilkan tanaman yang berkualitas, di mana penggunaan pupuk, bahan kimia dan air juga berkurang. Dengan demikian tingkat pencemaran pupuk dan bahan kimia di dalam air tanah juga berkurang.
Keuntungan lain adalah kemampuan massa akar tanaman untuk menyerap dan menahan air yang meningkat, penerapan nutrisi dapat dikontrol pada waktu dan kecepatan yang diperlukan. Fertigasi juga meminimalkan risiko akar tertular penyakit yang dibawa tanah melalui tanah yang terkontaminasi, serta mengurangi masalah erosi tanah karena air yang mengalir hanya berupa tetesan. (Sariagri/Marthin)