Penanganan Segar Buah Salak untuk Percepatan Ekspor

Salak Sari Intan 295 (Foto:Balitbangtan)

Editor: M Kautsar - Minggu, 13 Desember 2020 | 17:01 WIB

SariAgri - Kementerian pertanian (Kementan) terus mendorong peningkatan ekspor buah-buah dalam negeri melalui program Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks). Salah satu buah-buahan asli Indonesia yang menjadi andalan ekspor adalah salak.

Untuk mendukung Program Gratieks, Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah melakukan penelitian yang menghasilkan teknologi penanganan buah segar salak untuk tujuan ekspor.

“Sebagai lembaga riset di Kementerian Pertanian, kami ikut ditugaskan untuk mendukung aspek-aspek teknologi yang akan mendukung peningkatan ekspor khususnya hortikultura,” kata Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) Balitbangtan, Prayudi Syamsuri, beberapa waktu lalu.

Menurut Prayudi, Indonesia memiliki buah-buahan yang memiliki potensi ekspor, namun ada beberapa kendala yang harus diselesaikan bersama. Salah satu hambatan dalam peningkatan ekspor hortikultura adalah masa simpan dari buah-buahan.

Badan Balitbang Pascapanen melakukan kerjasama penelitian dengan mitra eksportir PT Agri Bumindo Cakrawala untuk memperpanjang masa simpan buah dengan hasil cukup signifikan.

Tantangan lainnya adalah menurunkan biaya ekspor. “Salah satu caranya dengan melakukan perubahan transportasi dari udara ke laut dengan memperpanjang masa simpan atau melakukan rekayasa-rekayasa teknologi sehingga buah masih segar saat sampai ke konsumen di negara tujuan ekspor,” terangnya.

Prayudi berharap melalui FGD ini bisa terjalin sinergi untuk menghimpun seluruh kekuatan baik eksportir, pengambil kebijakan, pembina di lapangan, petani, dan lain-lain.

“Tidak ada mata rantai yang tidak penting dalam suatu siklus ekspor, semua memberi peran dari benih hingga buah berada di tangan konsumen,” tuturnya.

Senada, dalam sebuah kesempatan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan bahwa pemerintah dan pelaku usaha harus melakukan pemetaan terhadap pasar komoditas pertanian di dunia. Hal itu diperlukan agar strategi untuk masuk di pasar global dapat dilakukan secara tepat sasaran.

"Untuk bisa berkompetisi dibutuhkan persiapan yang serius. Kuantitasnya kita siapkan juga, tapi kualitasnya tidak boleh kalah dengan negara lain," tegas Mentan saat melepas ekspor produk olahan ayam di Jakarta, akhir November lalu.

Sementara, Kepala Balitbangtan, Dr. Fadjry Djufry mengatakan, untuk menjawab tantangan pertanian global dan nasional saat ini dan ke depan, penciptaan dan penguasaan teknologi beserta inovasinya merupakan keniscayaan.

“Produk-produk hasil inovasi balitbangtan beberapa tahun terakhir ini menjadi wujud bahwa Balitbangtan, Kementerian Pertanian bukan hanya menghasilkan riset untuk peneliti dan perekayasanya saja, tetapi sudah menyentuh sampai ke masyarakat,” ungkap Fadjry.

Peneliti BB Pascapanen, Ira Mulyawanti memaparkan beberapa teknologi pascapanen salak yang telah dikembangkan oleh BB Pascapanen seperti perlakuan suhu, kelembaban, kemasan, dan lain-lain yang sangat berpengaruh pada umur simpan salak.

Salah satu teknologi untuk meningkatkan umur simpan salak adalah teknologi Control Atmosphera Storage (CAS) yaitu teknik penyimpanan buah dengan memberikan kondisi udara yang berbeda dengan kondisi udara normal khususnya proporsi O2 dan CO2 pada ruang penyimpanan.

Teknologi ini bisa meningkatkan umur salak dari 5-7 hari menjadi 26 hari dengan tingkat kerusakan dibawah 10 persen. Kondisi buah masih segar, kulit mudah dikupas, warna daging buah putih, tekstur renyah dengan aroma khas buah salak segar.

Teknologi ini, terangnya, telah diuji coba melalui kerjasama dengan PT tulip Sekawan untuk ekspor salak sebanyak 3 kali ke Malaysia dengan total 9 ton. Dengan implementasi teknologi pengemasan atmosir termodifikasi ini kerusakan buah salak akibat transportasi ekspor mencapai 1-2 persen.

Untuk mengatasi mikroba pada buah salak, BB Pascapanen melakukan perlakuan penanganan infeksi patogen diantaranya menggunakan uap panas, etanol, dan bahan aktif dari lengkuas. “Dari hasil penelitian ini, lengkuas 5% memiliki potensi untuk menekan kerusakan mikrobiologi pada buah salak,” terangnya. (Sariagri/Istihanah)