Gencarkan Program Agroeduwisata, Ini Tujuan Kementan

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, meresmikan Taman Sains Pertanian (TSP) Jeruk di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Tanaman Subtropika (Balitjestro) di Kota Batu Jawa Timur (SariAgri/Arief L)

Editor: Arif Sodhiq - Selasa, 15 Desember 2020 | 07:00 WIB

SariAgri - Direktorat Jenderal (Ditjen) hortikultura Kementerian pertanian (Kementan) menggencarkan program agroeduwisata. Terdapat 17 lokasi yang menjadi sasaran pengembangan pada tahun 2020.

Dirjen Hortikultura kementan Prihasto Setyanto menjelaskan kebijakan tersebut sesuai visi besar Mentan Syahrul Yasin Limpo yang menginginkan pemerintah berkontribusi besar pada pemulihan ekonomi nasional (PEN) dengan tetap menjadikan petani sebagai aktor utama.

"Agroeduwisata kita pilih karena tren pariwisata tanah air sedang naik daun dalam beberapa tahun terakhir namun terpuruk saat pandemi karena penerapan pembatasan interaksi. Di sisi lain, sektor pertanian juga tumbuh pesat saat naik. Kalau ini kita combine tentu dampaknya akan besar, baik terhadap perekonomian nasional maupun peningkatan kesejahteraan petani," ujar Anton.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) rata-rata pertumbuhan kunjungan turis, terutama wisatawan mancanegara (wisman), mencapai 14% per tahun pada 2014-2018. Angka itu lebih tinggi dibanding periode 2009-2013 yang rata-rata 9% per tahun.

Kunjungan wisman pada 2009 sebanyak 6,32 juta orang. Jumlahnya meningkat pada tahun-tahun berikutnya, 8,8 juta orang pada akhir 2013 dan menembus 15,81 juta orang pada 2018.

Lonjakan jumlah wisman ini turut meningkatkan devisa dari sektor pariwisata. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), 10,761 miliar dolar AS pada 2015, 11,206 miliar dolar AS (2016), 13,139 miliar dolar AS (2017) dan 16,426 miliar dolar AS pada 2018 (angka sementara).

Meski sektor pariwisata lesu seiring pandemi COVID-19 yang menghantam hampir seluruh negara di dunia. Penyebabnya ambruknya perekonomian global dan pembatasan mobilitas orang guna meminimalisasi penyebaran COVID-19.

BPS mencatat hanya 160.000 wisman yang mengunjungi Indonesia pada Juni 2020 atau turun signifikan hingga 88,82% dibandingkan periode sama tahun lalu yaitu 1,43 juta orang. Secara kumulatif sebanyak 3,09 juta wisman berlibur ke Zamrut Khatulistiwa pada semester I 2020. Artinya turun 59,96% dibanding periode sama 2019 yang berjumlah 7,72 juta kunjungan.

Hal tersebut menyababkan merosotnya devisa yang diproyeksikan anjlok hingga 50% dan memengaruhi perekonomian nasional. Salah satu dampaknya angka pengangguran meningkat.

Data Kementerian Pariwasta dan ekonomi kreatif (Kemenparekraf) menyebutkan lebih dari 13 juta pekerja sektor pariwisata terdampak langsung dan 34 juta pekerja di sektor pendukung mengalami efek serupa.

Sekretaris Ditjen Hortikultura Kementan Retno Sri Hartati Mulyandari menambahkan program agroeduwisata memiliki beberapa tujuan yaitu membangun model percontohan sistem pertanian terpadu yang mengintegrasikan antar komoditas terkait terutama florikultura, biofarmaka, buah-buahan dan sayur-mayur dalam satu siklus hulu hingga hilir secara berkelanjutan.

Selain itu juga alih teknologi ciptaan Kementan kepada masyarakat, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) pertanian, mengintegrasikan implementasi inti dan plasma dalam suatu kawasan, menjadi destinasi wisata serta mengakselerasi PEN.

"Agroeduwisata yang kami kerjakan akan menyasar optimalisasi pengelolaan sumber daya pertanian di wilayah pengembangan guna mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan dengan cakupan komoditas unggulan setempat. Dengan demikian, bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan petani, menjadi tempat pelatihan dan inkubasi bisnis, serta model diseminasi inovasi teknologi pertanian," jelasnya.

Dia mengatakan indikator kesejateraan petani secara ekonomi tercermin dari peningkatan pendapatan serta konsumsi yang mencakup jumlah, kualitas dan keragaman. Untuk itu diperlukan peningkatan produksi, penciptaan nilai tambah dan menggenjot daya saing produk melalui pemanfaatan sumber daya dari lahan, air, modal, teknologi, SDM dan sumber daya lainnya dengan menjamin keberlanjutan dan kelestariannya.

"Keseluruhannya ini dapat tercapai apabila pengelolaan usaha dilakukan dengan skala ekonomis dan menerapkan teknologi maju dan tepat guna. Pengembangan usaha pun harus terintegrasi dari subsistem hulu, produksi, pengolahan, hingga pemasaran. Sementara itu nilai tambah akan teralisasi melalui pengembangan penanganan pascapanen, grading, dan pengemasan (packing)," paparnya.

Dalam pelaksanaannya, Ditjen Hortikultura menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan menerapkan pengelolaan sumber daya berkelanjutan. Opsi tersebut dikedepankan karena pemberdayaan membangun rasa memiliki dan menghindari ketergantungan pada program sehingga petani selaku pengelola dapat mandiri.

Pemerintah selaku katalisator dan motivator hanya memberikan dukungan mencakup aspek manajemen, pendampingan atau peningkatan kapasitas, memfasilitasi peningkatan nilai tambah, akses pasar, kemitraan dan teknologi. Adanya bantuan sarana dan prasarana hanya sebagai stimulus bagi pengelola.

Perkuat TSP Balitjestro

Taman Sains Pertanian jeruk Balai penelitian tanaman Jeruk dan buah Subtropika (TSP Balitjestro) di Kota Batu, Jawa Timur, menjadi salah satu sasaran Program Agroeduwisata.

Kepala Balitjestro Harwanto mengatakan program agroeduwisata Ditjen Hortikultura dengan TSP sangat bersinergi karena TSP mengedepankan riset yang sangat lekat dengan pendidikan.

Dia mencontohkan transfer pengetahuan tentang aneka jeruk kepada pengunjung. Sebelum mengunjungi TSP Balitjestro, banyak di antara mereka tidak mengetahui aneka varietas dan karakteristik jeruk.
"Masuk sini jadi paham. Sangat edukatif," ujarnya.

Menurut eks Kepala Balai Pengkajian teknologi pertanian (BPTP) jawa tengah ini, program tersebut juga memperkuat branding Kota Batu sebagai daerah agroeduwisata.

Saat kondisi normal sebelum pandemi, sekitar 5.000 pengunjung mendatangi TSP Balitjestro. Mereka berasal dari berbagai latar belakang seperti siswa TK hingga sekolah menengah atas (SMA) dan masyarakat umum.

Terdapat lima komoditas yang menjadi fokus pengembangan, yakni jeruk, apel, kelengkeng, stroberi, dan anggur. TSP terbagi menjadi tiga klaster mencakup benih, budi daya (on farm) dan pascapanen. Pengunjung yang datang diberikan pemahaman tentang pengembangan buah dari hulu hingga hilir.

"Bagaimana cari batang bawah, cara semai, tempel, pelihara, legalisasi, bagaimana nanti di lapangan saat budi daya, pengenalan buah, hingga penanganan pascapanen primer dan sekunder," jelasnya.

Balitjestro turut memproduksi produk turunan dari aneka buah yang dikembangkan. Produk-produk tersebut dilengkapi label penunjang dan dijajakan di Jestro Mart. Diseminasi juga dilakukan melalui berbagai media sosial Balitjestro.

"Terakhir ada Jestro Channel (di YouTube) dan podcast," kata Harwanto.

Balitjestro memberikan pelayanan kepada mahasiswa magang hingga penangkar untuk memperdalam pengetahuannya. Unit organisasi di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) ini juga menyasar inkubasi bisnis.

"Kita biasa (menggelar) bimtek (bimbingan teknis). Kita adakan latihan bisa secara lokal, regional, nasional secara gratis. Kalau bayar, penangkar bisa datang ke sini, kita ada paketnya. Selain pendidikan, ada fasilitas makan, tempat tinggal, dan sebagainya," katanya.

Baca Juga: Gencarkan Program Agroeduwisata, Ini Tujuan Kementan
Hari Pangan Sedunia, Mentan: Stok Beras Aman Hingga Akhir Tahun

Selain Balitjestro, program agroeduwisata juga menyasar usaha Poktan Maduma di Kabupaten Toba Samosir (Sumatera Utara) agrowisata Situ Bolang di Indramayu, TTP Cigombong di Kabupaten Bogor, Agrowisata Jeruk Eptilu di Kabupaten Garut, serta Poktan Rahayutani dan Mekar Setia, BBPP, dan Balitsa Lembang di Kabupaten Bandung, Jabar.

Selain itu kawasan salak di Kabupaten Sleman (DIY), P4S Citra Muda Kopeng di Kabupaten Semarang, Balingtan di Kabupaten Pati dan kebun buah Borobudur di Kabupaten magelang (Jawa Tengah), Poktan di Kota Agung, Kabupaten Tanggamus (Lampung), serta kebun Cilangkap dan kebun bibit Kamal, Cibubur dan Ciganjur di DKI Jakarta. (Istihanah Soejoethi)