Tingkatkan Produksi Jagung dengan Sistem Hidroponik dan Aquaponik

Ilustrasi Pertanian Jagung dengan Teknik Hidroponik. (Pixabay/ AddyWheatgrass)

Penulis: Dera, Editor: Arif Sodhiq - Rabu, 23 Desember 2020 | 20:45 WIB

SariAgri - Tanaman hijauan merupakan bahan pakan utama bagi hewan ternak ruminansia (ternak pemamah biak) karena mampu mengoptimalkan fungsi rumen (lambung). Akan tetapi, saat ini ketersediaan hijauan semakin menipis akibat keterbatasan lahan.

Salah satu upaya untuk mengatasi keterbatasan itu adalah menggunakan teknik budi daya hidroponik yang dapat dilakukan menggunakan biji tanaman. Selain itu, ada pula teknik tanam aquaponik yang mengombinasikan akuakultur (pemeliharaan hewan air) dengan hidroponik, atau yang lebih dikenal sebagai sistem budi daya tumbuhan dengan media tanam air.

Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB), Hermanto, mengatakan bahwa kedua teknik tersebut bukan hanya mengatasi keterbatasan lahan, tetapi juga dapat menyelesaikan masalah kesuburan lahan, ketersediaan air, serta kebutuhan tenaga kerja.

“Sebagai pakan ternak, jagung tidak mengandung zat anti nutrisi baik mulai dari biji sampai pada komponen tanamannya. Hampir semua fase pertumbuhan tanaman jagung dari kecambah sampai jerami sudah dieksplorasi untuk digunakan sebagai pakan ternak,” jelas
Hermanto, seperti dilansir laman resmi Fapet UB

Pendapat itu disampaikan Hermanto dalam riset disertasi berjudul “Relevansi Upaya Peningkatan Produksi Hijauan Jagung dengan Teknik Hidroponik dan Aquaponik untuk Sistem Produksi Peternakan Ruminansia”, dan telah diujikan terbuka secara daring pada Rabu (16/12) kemarin.

Hermanto melakukan penelitian di rumah kaca Laboratorium Lapang Sumber Sekar dan Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fapet UB, dalam tiga tahapan percobaan. Tahap pertama menguji kemampuan produksi jagung pada lima media larutan, yaitu air murni, larutan nutrisi hidroponik 1000 ppm, 2000 ppm, air kolam ikan nila dan ikan lele dengan tingkat kerapatan biji 100; 150; dan 200 biji per tray (25×10 cm2).

Pada percobaan kedua, menguji dua varietas jagung yaitu varietas Bisi 18 dan NK Perkasa dengan kepadatan 200 biji per tray yang dibudidayakan dengan aliran larutan (resirkulasi) hidroponik 1000 ppm, air kolam ikan nila dan lele.

Selanjutnya pada tahap akhir, Hermanto menganalisis semua biaya yang timbul dari penelitian pertama dan peralatan yang digunakan dalam resirkulasi guna menentukan harga pokok produksi.

Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan larutan nutrisi dapat mengurangi kepadatan biji per tray. Hal itu dapat memperpanjang umur panen sampai 35 hari dan mampu mengonversikan biji menjadi biomassa tanaman yang tinggi, yakni hingga dua kali lipat. Namun ditinjau dari aspek finansial, perlakuan itu tidak ekonomis karena menghasilkan harga pokok produksi yang mahal.

Baca Juga: Tingkatkan Produksi Jagung dengan Sistem Hidroponik dan Aquaponik
Ingin Menanam Padi Secara Hidroponik? Begini Caranya

Sementara itu, konsentrasi nutrisi pada larutan hidroponik yang sesuai mampu meningkatkan kandungan protein kasar hijauan dibandingkan dengan teknik aquaponik. Sedangkan untuk kecernaan tidak dipengaruhi oleh larutan nutrisi ataupun kepadatan biji, tetapi lebih ditentukan oleh umur tanaman, di mana semakin meningkat umur tanaman akan menurunkan kecernaan. Turunnya kecernaan tersebut terjadi karena pada tanaman sudah terjadi sintesis serat kasar.

Harga pokok produksi yang rendah pada penelitian ini didapat pada perlakuan yang dikatagorikan ekonomis, yaitu menggunakan nutrisi air kolam ikan, kepadatan biji per tray yang rapat, dan dipanen dalam waktu singkat. Namun, produksinya didominasi oleh bagian akar tanaman. (Sariagri/Suparjo)