Berita hortikultura - Hasil panennya bisa mencapai 4,48 ton per hektare.
SariAgri - Indonesia sebetulnya memiliki varietas kedelai lokal unggul yang tidak kalah jika dibandingkan produk kedelai impor. Bahkan varietas lokal memiliki sejumlah kelebihan di antaranya kandungan protein yang lebih tinggi serta rasa yang lebih gurih.
Salah satu varietas lokal karya anak bangsa adalah kedelai Arjasari hasil penelitian Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof. Achmad Baihaki, varietas ini telah lama dirilis secara resmi. Berdasarkan data Kementrian Pertanian, varietas kedelai Arjasari tercatat dirilis 2005 melalui SK Mentan Nomor 520/Kpts/SR.120/12/2005.
Varietas kedelai ini berasal dari persilangan BT55B dengan Tainung 4 Galur F7 di Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Unpad di Arjasari, Kabupaten Bandung.
Tipe pertumbuhan determinit, warna hipokotil ungu, warna daun hijau, warna bulu cokelat, warna bunga ungu, warna polong cokelat, dan warna hilum biji cokelat tua lonjong dan besar serta warna biji kuning.
Tinggi tanaman berkisar 72 centimeter bentuk daun oval, jumlah polong per batang 45. Bentuk biji bulat, jumlah biji per polong 23, bobot 100 biji 19,2 gram.
Sementara kandungan protein sebesar 43,15 persen dan kandungan lemak 18,65 persen.
Varietas Arjasari memiliki rata-rata hasil panen 2,235 ton per hektare. Sementara itu, rendemen tahu sebesar 324 persen dan rendemen tempe 187, 5 persen. Sifat lainnya adalah biji besar dan responsif terhadap pemupukan.
Achmad Baihaki mengatakan kedelai Arjasari bisa ditanam dimana saja, tidak memerlukan spesifikasi lahan khusus. Bahkan, di sejumlah daerah bisa memberikan hasil panen yang jauh lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya.
Misalnya, di salah satu pulau di Indonesia Timur. Hasil panennya bisa mencapai 4,48 ton per hektare.