Berita Hortikultura - Biji-bijian yang berasal dari pohon karet ini akrab dimainkan oleh anak-anak hingga akhir tahun ‘90an untuk dijadikan aduan.
SariAgri - Mungkin sebagian besar masyarakat belum mengenal biji karet. Biji-bijian yang berasal dari pohon karet ini akrab dimainkan oleh anak-anak hingga akhir tahun ‘90an untuk dijadikan aduan atau “adu biji karet”.
Namun siapa sangka, ternyata biji karet menyimpan segudang manfaat lainnya yang dapat diolah dan memiliki nilai ekonomis, mulai dari bahan kerajinan, industri hingga pakan ternak.
Dilansir dari berbagai sumber, daging biji karet dapat dijadikan minyak pada pabrik cat atau pernis, batik, genteng atau digunakan sebagai pembuatan sabun, pelunak karet, minyak pengering, alkolid resin, lemak gemuk dan asam lemak lainnya.
Selain itu, bungkil atau ampas sisa dari proses ekstraksi minyak tersebut juga berguna untuk pakan ternak atau pupuk. Secara umum biji mengandung toksid linamarin, minyak biji karet mengandung 7 persen palmatik, 9 persen stearik, 0,3 persen aarachidik, 30 persen olenik, 30 – 50 persen linokeik dan 2-23 persen linolenik.
Dari kandungan tersebut, jelas membuka peluang besar pemanfaatan biji karet pada bidang kesehatan, industri dan pengolahan. Sementara itu, bungkil biji karet mengandung bahan berbahaya HCN dengan kadar >50 ppm, namun kandungan tersebut dapat diturunkan sampai batas aman bagi ternak dengan cara pemanasan atau penyimpanan.
Proses Biji Karet Menjadi Minyak
Sebelum diolah, perlu menurunkan kadar air pada biji karet hingga 10 persen. Caranya biji dipecah menjadi 4-5 bagian, selanjutnya biji dimasukkan ke dalam steam cooker dengan suhu 160o Celcius selama 90 menit, berikutnya ketika masih panas bahan dipindahkan ke mesin kempa.
Proses pengempaan dilakukan menggunakan expeller yang dapat memisahkan bungkil dari minyaknya. Dari hasil pengempaan tersebut didapatkan 50 persen bungkil dan 20 persen minyak kotor. Selanjutnya minyak dialirkan ke dalam filter press dengan memakai pompa.
Minyak yang bersih ditampung dalam tangki untuk proses pemucatan, menggunakan tanah pemucat, arang aktif atau campuran keduanya. Jumlah pemucat yang dipakai 1,5-2,5 persen dari volume minyak. Penggunaan arang aktif akan menghasilkan minyak jernih sehingga aroma bau berkurang.