Senada dengan Kadri, petani buah naga yang lain yakni Sapi’i juga merasakan hal yang sama. Petani berusia 37 tahun ini juga mengalami peningkatan produksi, dari yang sebelumnya 200 kilogram setiap kali panen, naik menjadi 300 kilogram.
Sapi’i menjelaskan bahwa setelah menggunakan metode penyinaran, buah naga yang dihasilkan juga semakin besar. Bunganya juga selalu ada dan jarang ada yang rusak. Selain itu, buah naga yang dihasilkan juga terasa lebih manis.
“Kami bisa panen terus sekarang. Dalam sebulan bisa 2 kali panen. Penghasilan jelas bertambah. Dengan harga buah naga 8.000 per kilogram, dari yang sebelumnya saya dapat 1,8 juta per sekali panen, sekarang menjadi 2.4 juta. Alhamdulillah, sangat membantu sekali,” kata Sapi’i.
Dijelaskan Sapi'i, metode penyinaran untuk perkebunan buah naga ini ia geluti setelah program PLN NTB, melalui program MCB On Game – Goes to Agriculture Market masuk ke desanya sebagai wilayah pendampingan.
"Ya, ini duli kita di bantu juga oleh PLN," ungkapnya.
Sementara itu, Manager PLN Unit Layanan Pelanggan Paraya, Samrun Haji, menjelaskan bahwa kedua kebun buah naga tersebut dilayani melalui program MCB On Game – Goes to Agriculture Market. Program ini dibuat khusus yang ditujukan bagi para pelaku usaha, khususnya di sektor agrikultura.
Program ini menawarkan fleksibilitas layanan listrik, di mana para pelaku usaha dilayani dengan listrik pra bayar sehingga dapat membeli token sesuai dengan kebutuhan listriknya.
“Daya yang terpasang untuk buah naga Pak Kadri dan Pak Sapi’i total 5.5 kVA. Karena dilayani dengan program MCB On Game, jadi tidak perlu membayar Biaya Penyambungan," jelasnya.