Berita Hortikultura - Di antara aneka jenis tanaman, durian diketahui memiliki kemampuan menyerap karbon cukup efektif.
SariAgri - Indonesia adalah rumah bagi kaberagaman tanaman dan tumbuhan yang berguna bagi kehidupan, termasuk durian. Durian yang banyak tumbuh di Indonesia terbukti memiliki peran vital dalam penyerapan karbon yang selama ini dituding menjadi penyebab peningkatan efek rumah kaca.
Menurut laporan di laman Direktorat Jenderal Holtikultura, secara alami tumbuhan diberi kemampuan untuk mengkonsumsi karbondioksida di atmosfer dan mengubahnya menjadi bentuk energi (gugus gula) yang bermanfaat bagi kehidupan melalui proses fotosintesis.
Sebagian besar energi ini disimpan oleh tumbuhan dalam bentuk biomassa dan sekitar 50% dari biomassa merupakan karbon. Persentase sebesar ini biomassa pada tumbuhan adalah salah satu jenis karbon terestrial.
Nah, di antara aneka jenis tanaman, durian diketahui memiliki kemampuan menyerap karbon cukup efektif.
Guna memastikan kemampuan durian menyerap karbon, Direktorat Jenderal Hortikultura dengan Institut Pertanian Bogor pernah melakukan ujicoba pengukuran stok karbon di sentra kawasan durian di Desa Carita, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, pertengahan 2020 lalu. Kawasan ini merupakan salah satu sentra durian dengan luas lahan lebih dari 100 ha.
Baca Juga: Mengintip Kecanggihan Drone di Era Pertanian Modern
10 Manfaat Air Tebu Bagi Tubuh, Bisa Cegah Kanker Hingga Hilangkan Jerawat
I Putu Santikayasa, Dosen IPB yang turut serta dalam pengukuran stok karbon mengatakan dalam keterangan tertulisnya, metode pengukuran yang dilakukan adalah non destruktif atau tanpa melukai tanaman. Pengukuran stok karbon dilakukan untuk mengetahui potensi penyerapan karbon di suatu wilayah.
“Untuk tanaman durian ini merupakan komoditas unggulan dalam upaya mitigasi DPI untuk mengurangi emisi karbon. Sehingga kita perlu mengetahui perhitungan stok karbon pada suatu komoditas”, jelasnya.
I Putu Santikayasa menambahkan bahwa terdapat empat komponen pengukuran stok karbon. Pertama, tanaman itu sendiri yaitu lingkar batang dan tinggi tanaman. Kedua, seresah di bawah tajuk tanaman. Ketiga, tanaman bawah yang masih hidup. Terakhir, komponen tanah pada lapisan atas dan tanah pada lapisan bawah.
Dari empat komponen ini dihitung jumlahnya untuk mengetahui total karbon yang disimpan oleh tanaman durian. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 kelompok umur tanaman, yaitu kurang dari 10 tahun, 10–20 tahun dan di atas 20 Tahun.
Hasil analisis di Laboratorium IPB menunjukkan, tanaman durian mampu menyimpan karbon sebesar 43,22 ton/ha untuk tanaman durian yang memiliki umur lebih dari 20 tahun. Dan untuk tanaman durian berumur 10–20 tahun dan kurang dari 20 tahun, memiliki cadangan karbon total sebesar 18,45 ton/ha dan 3,27 ton/ha.
Jika dihitung nilai cadangan karbon per pohonnya, durian yang berumur kurang dari 10 tahun memiliki cadangan karbon sebesar 0,16 ton/pohon, kelompok umur 10-20 tahun memiliki cadangan karbon sebesar 0,92 ton/pohon dan kelompok umur lebih dari 20 tahun memiliki cadangan karbon sebesar 2,16 ton/pohon.
Atas temuan ini, Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto mengatakan mitigasi DPI dapat dilakukan dengan pengembangan kawasan durian.
"Untuk tanaman durian, kita memiliki tujuh juta lebih pohon yang ada di Indonesia. Jika kita asumsikan setiap pohon dapat menyerap 1,42 ton/tahun, maka stok karbon total pada tanaman durian bisa mencapai 9-10 juta ton/tahun!”, ujar Prihasto.
Sementara menurut Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf, manfaat dalam penghitungan stok karbon selain sebagai mitigasi perubahan iklim juga untuk mendapatkan komponen data stok karbon.
"Kita berharap dalam rencana kedepan, banyak pengamatan di lokasi yang berbeda dan juga varietas yang berbeda pada komoditas yang sama. Varietas durian bermacam-macam, seperti varietas Matahari, Kromo, Ripto, Otong, Montong, Serumbut dan lainnya. Sehingga ke depan data akan lebih banyak dan variatif," ungkapnya.
Sri menambahkan kalau data ini menjadi dasar dalam menganalisis dan mengambil kebijakan dalam pengembangan kawasan hortikultura untuk mitigasi DPI.