Warga Kampung Bebek, Atasi Banjir Hingga Produksi Sayur ke Pasar Modern

Kelompok Tani Dewasa (KTD) Koplak Mandiri dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Jamelang di Kota Bogor. (Foto: Sariagri/Yudi)

Editor: M Kautsar - Senin, 15 Maret 2021 | 14:40 WIB

SariAgri - Potensi urban farming memiliki nilai ekonomi yang bisa dikembangkan secara luas. Selain bisa memenuhi kebutuhan sayur mayur warga wilayah, pemasaran urban farming juga bisa dilakukan di pasar tradisional ataupun swalayan.

Seperti urban farming di Kampung Bebek, Kelurahan Kedung Halang, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Sejak satu tahun terakhir ibu-ibu di Kampung Bebek baik yang tergabung dalam Kelompok Tani Dewasa (KTD) Koplak Mandiri dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Jamelang memiliki kesibukan berkebun.

Ibu-ibu yang mendapat jadwal piket merawat kebun sudah siap di area urban farming untuk memastikan nutrisi hidroponik yang mengalir tidak tersumbat. Tak hanya itu ibu-ibu juga mengontrol setiap pertumbuhan tanaman.

Jika ada yang layu atau kering karena tersengat sinar matahari ibu-ibu itu pun langsung memetik dan memisahkan agar tidak membuat sayuran busuk.

Dengan memanfaatkan lahan tidur yang awalnya adalah semak belukar, KTD Koplak Mandiri dan KWT Jamelang mulai merintis pertanian terintegrasi diawali dengan hidroponik.

Salah satu anggota KTD, Mulyani mengatakan bahwa urban farming di Kampung Bebek dimulai dengan penyemaian bibit.

Selanjutnya setelah bibit itu mulai tumbuh sekitar dua hingga tiga centi meter kemudian dipindahkan ke wadah paralon.

"Perawatannya bisa dibilang sederhana, setiap hari rutinitas yang dilakukan adalah mengecek saluran pipa membersihkan saluran pipa, kemudian merawat tanamannya, biasanya dilakukan pagi dan sore oleh anggita atau warga masyarakat yang oiket merawat tanaman," kata Mulyani.

Sejak dilaunching sekitar Februari 2020, tanaman ini pun sudah beberapa kali panen. Awalnya hanya memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat sekitar.

Namun lambat laun mulai dilirik oleh warga perumahan yang berada tak jauh dari lokasi urban farming. Selain itu juga sayuran yang ditanam juga masuk ke pasar swalayan. Sayuran yang dijual dikemas dalam bentuk menarik dan diberi segel.

Alhasil saat ini potensi urban farming itu pun bisa memberikan penghasilan tambahan bagi ibu-ibu sekitar.

"Alhmamdulillah dapat oenghasilan tambahan, warga juga bisa mengkonsumsi sayuran yang fresh," ujarnya.

Salah satu pelanggan sayuran di Urban Farming KTD Koplak Mandiri dan KWT Jamelang, Aci mengaku awalnya mengetahui adanya penjualan sayuran fresh dari orangtuanya.

"Awalnya ibu saya beli, terus saya dikasih tahu belinya di sini, nah terus sekarang saya coba ke sini, senang sekali bisa milih sendiri metik sendiri, sayurannya fresh tempatnya juga nyaman," katanya.