Berita Hortikultura - Saat produksi melimpah disarankan cavai diolah menjadi produk olahan seperti saus cabai, pasta cabai dan cabai bubuk/kering.
SariAgri - Setiap musim hujan harga cabai selalu mengalami kenaikan karena masalah pada supply and demand. Untuk mengatasi itu, beberapa kalangan menyarankan saat produksi melimpah, cabai diolah menjadi produk olahan seperti saus cabai, pasta cabai dan cabai bubuk/kering.
Namun Guru Besar Fakultas Pertanian, IPB University Sobir menilai pengembangan produk cabai bubuk justru merugikan petani. Bahkan dia khawatir, keberadaan petani terancam hilang.
"Kalau untuk cabai (bubuk) itu bahaya yang sangat besar. Kalau bangsa Indonesia sudah terbiasa mengonsumsi cabai olahan, petani cabai habis," ujarnya saat dihubungi SariAgri.id, beberapa waktu lalu.
Dia menjelaskan, saat ini petani cabai dapat bertahan karena tidak ada impor cabai bubuk. meski harga cabai melonjak saat musim hujan.
"Sekarang itu kenapa petani cabai bertahan karena kita nggak bisa impor cabai. Nggak ada negara yang jual cabe segar di dunia," jelasnya.
Baca Juga:
Penyumbang Inflasi di Sumbar pada Maret 2021 Cabai dan Bawang Merah
Kementan Gelar Cabai Rawit Murah pada 31 Maret-6 April 2021
Dikatakan Sobir, jika masyarakat sudah terbiasa dengan cabai bubuk atau olahan, nasib petani akan sama dengan petani bawang putih. Hal ini karena saat ini harga cabai bubuk Cina sangat murah.
"Nanti kalau (terboasa dengan) cabai olahan. Petani cabai habis sama kaya petani bawang putih. Kenapa? Di Cina dan India sekilo cabai kering cuma 1 dolar atau setara dengan Rp15 ribu. Padahal untuk 1 kilogram cabe kering itu butuh 6 kilogram cabai segar," katanya.
Sobir kembali mengingatkan kKalau itu terjadi, petani cabai akan hilang. Harga cabai bubuk olahan petani akan sulit bersaing dengan cabai bubuk impor yang lebih murah.
"Karena bagaimana pun harga-harga cabai bubuk impor lebih murah dari di dalam negeri. Coba kalau 6 kilogram, petani itu biayanya rata-rata Rp12 ribu per kilogram. Sementara di sana Rp1.500, nggak akan bisa bersaing kita," pungkasnya.