Berita hortikultura - Rozi memasok jamur tiramnya ke hotel-hotel di Lombok. Namun karena pandemi, pesanan jamurnya menurun.
SariAgri - Seorang petani milenial asal Dusun Batu Beson, Desa Jago, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) meraup untung puluhan juta rupiah dari hasil membudidayakan jamur tiram. Berkat kesuksesamnya tersebut, dia mampu menembus pasar luar daerah.
Adalah Muhammad Fahrurrozi, 27 tahun. Pemuda yang memilih menjadi petani jamur sejak tahun 2017. Dia menekuni usaha ini berawal dari keprihatinannya melihat tumpukan limbah industri pertanian, seperti jerami dan limbah serbuk kayu.
Setiap sekali produksi, dia butuh limbah kayu dan jerami seberat 5 kuintal untuk dijadikan sebagai nutrisi pembibitan jamur.
"Saya memilih budi daya jamur tiram ini karena pertama bisnis ini menjanjikan kedepannya dan bahan yang digunakan juga mudah didapat," ucap Rozi kepada Sariagri (6/4).
Biasanya, Rozi memasok jamur tiramnya ke hotel-hotel di Lombok. Namun karena pandemi, pesanan jamurnya menurun. Oleh karena itulah, dia lebih memilih mengembangkan bibit jamur.
"Biasanya saya masukin ke hotel, tapi karena sepi jadi kita kembangkan bibitnya. Dari pengembangan bibit ini, kita juga bisa memberikan pengetahuan kepada orang yang memesan," katanya.
Sementara untuk bahan baku dalam 1 baglok bibit jamur, dijual Rozi seharga Rp4 ribu. Berbeda sengan jamur tiram sendiri, Rozi mematok seharga Rp20 ribu per kilogramnya tergantung berat dan kualitas jamur yang dihasilkan.
Tidak hanya membuat olahan jamur tiram, pihaknya juga menerima pesanan bibit jamur dari luar daerah, seperti Pulau Sumbawa hingga ke Bali. Dia memiliki kapasitas produksi 500 baglog bibit jamur dalam sehari.
Dia mengatakan proses pembuatan bibit jamur tiram terbilang cukup mudah. Limbah kayu dan jerami yang didatangkan dari para petani dipermentasi dengan tanah selama dua hari.
Setelah itu, dikemas menggunakam media baglog. Biasanya, satu baglok yang sudah terisi benih mampu menghasilkan 4 kilogram jamur tiram.
"Kadang jika pesanan banyak kita juga membuat lebih banyak dari sebelumnya," ucap dia.
Melihat potensi jamur tiram yang cukup menjanjikan bagi pendapatan ekonominya di tengah pandemi saat ini, Rozi berencana akan meningkatkan produksi dari biasanya 500 baglog menjadi 1.000 baglog per harinya, dengan memperbanyak alat produksi dan melibatkan lebih banyak pekerja.
"Ke depan saya rencana mengganti mesin yang manual ini ke otomatis, agar hasil produksi kita lebih meningkat. Untuk pekerja juga rencana kita akan tambah," ucap dia.