Bahagia Berbagi Ilmu Pertanian, Yuniarti Membuat Petani Cabai Untung

Yuniarti, petani cabai di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Foto: Youtube CapCapung)

Editor: M Kautsar - Rabu, 6 Oktober 2021 | 14:30 WIB

Sariagri - Hasil yang tidak sesuai dari yang diharapkan sebuah usaha merupakan salah satu suka duka yang pasti dialami seorang pengusaha. Usaha pertanian merupakan sektor yang kerap mengalami hal tersebut hingga pada akhirnya menemukan komoditas yang tepat dan menguntungkan.

Seperti yang dialami oleh wanita petani asal Desa Gebang, Kecamatan Tanjungsari, Gunung Kidul, Jawa Tengah ini, di mana awalnya dia menanam komoditas jagung dan kacang, namun hasil yang didapatkannya kurang memuaskan sehingga dia beralih ke tanaman cabai.

“Dulu pertama di sini tanamnya jagung sama kacang terus hasilnya tidak sesuai sama yang diharapkan petani akhirnya saya berfikir nanam apa yang paling menguntungkan. Pertama saya tanam cabai cuma sendiri, terus lama kelamaan tetangga ngelihat hasilnya terus pada ikut (menanam)” ujar Yuniarti seperti dikutip Sariagri dari kanal Youtube CapCapung, Rabu (6/10).

Yuniarti menjelaskan bahwa para tetangga yang ingin memulai penanaman cabai banyak terbentur masalah bibit dan keungan. Dikatakannya, bagi mereka yang ingin menanam punya atau tidak punya uang dia rela berbagai bibit kepada para petani tersebut.

“Pertama masalah bibit kami yang ngasih, punya uang gak punya uang yang penting nanam, masalah bayar besok kalau sudah menghasilkan dari cabai,” jelasnya.

Yuniarti mengungkapkan seiring berjalannya waktu, para petani telah sadar akan potensi atau keuntungan yang dihasilkan dari cabai, sehingga mayoritas petani di sana telah beralih ke komoditas cabai.

“Cabai di sini paling cocok varietas trisula, jadi saya sadarkan betul pertama bikin lahan kasih pupuk kandang. Uniknya lahan di sini bebatuan, semua di atas batu makanya kalau mengeluh (para petani) entar saya datang ke lahan apa kurang pupuk, atau lainnya,” terangnya.

Dia menyebut dari budi daya cabai pendapatan petani di desanya telah berubah sangat signifikan. Dia mengatakan, rata-rata satu krat cabai atau sekitar 400 batang paling sedikit mampu menghasilkan 50 kilogram.

“Kemarin tanam pertama warga Gebang sudah menghabiskan sekitar 1.000 kotak, saya perkirakan dari kelompok Gebang ini menghasilkan sekitar 50 ton. 50 ton di harga paling rendah Rp10 ribu per kilogram sudah mencapai Rp500 juta untuk kelompok tani sekitar 70 orang,” tandasnya.

Baca Juga: Bahagia Berbagi Ilmu Pertanian, Yuniarti Membuat Petani Cabai Untung
Petani Milenial Raup Omzet Rp70 Juta Sekali Panen Cabai, Ini Kisahnya

Wanita berambut pendek ini menambahkan bahwa prinsip hidupnya adalah hidup mandiri, tidak bergantung dengan orang lain. Dia pun sangat merasa bahagia bisa berbagi ilmu pertanian kepada para penduduk tani di desanya.

“Saya bekerja dari nol, dari gak punya akhirnya saya belajar-belajar, yang penting mandiri. Saya punya ilmu kaya begini, saya sebarkan ke orang-orang, benar-benar bahagia,” pungkasnya.