Bukan Sembarang Sayuran, Kubis Hias Ini Punya Penampilan yang Unik

Ilustrasi bunga kubis. (Foto: Instagram @gardenflowerspuyallup)

Editor: M Kautsar - Senin, 1 November 2021 | 15:40 WIB

Sariagri - Kubis bukan hanya menjadi tanaman sayuran. Kubis juga bisa menjadi tanaman hias.

Dilaporkan Oddity Central ada beberapa jenis kubis yang ditanam hanya untuk tanaman hias. Kubis hias menjadi salah satu tanaman alternatif yang bisa digunakan untuk mempercantik rumah saat musim gugur atau musim dingin.

Kubis hias menjadi terkenal di Jepang abad ke-17, di mana mereka menjadi pusat taman Jepang. Pada awal abad ke-20, Departemen Pertanian AS mengirim Howard Dorsett ke China dan Jepang untuk mencari tanaman baru, dan kubis hias yang dia lihat di Jepang adalah salah satu temuan favoritnya.

Beberapa varietas dibawa ke Amerika Serikat, dan pada tahun 1936 mereka tersedia untuk pasar massal.

Kubis hias memiliki tiga warna yaitu ungu, putih atau merah muda dan lebih menyukai cuaca dingin, yang berarti mereka tidak akan mengembangkan warna penuh mereka kecuali mereka mendapatkan dingin yang baik dari embun beku. Mereka dapat bertahan hidup pada suhu serendah 5 derajat Fahrenheit (minus 15 Celcius) jadi kecuali cuaca ekstrem.

Kubis hias secara teknis dianggap dapat dimakan, tetapi rasanya tidak selezat varietas biasa yang biasa kita makan. Ini memiliki rasa yang sangat pahit, sehingga paling sering hanya digunakan sebagai hiasan. Meskipun metode perebusan ganda dapat digunakan untuk mengurangi kepahitan. Satu-satunya pengecualian adalah varietas kubis hias 'Tokyo', yang kabarnya rasanya lezat.

Karena Jepang dikreditkan sebagai tempat kelahiran kubis hias, varietas paling populer berasal dari sana. Kale Nagoya, kale Chidori, dan kubis Osaka adalah beberapa contoh yang paling terkenal.

Baik ditanam dalam wadah, di depan perbatasan, atau di lahan pertanian, kubis hias bisa memukau untuk dilihat menyaingi beberapa bunga terindah. Dan mereka juga tersedia secara bebas, dengan benih yang terkadang harganya lebih murah daripada bunga yang hambar.