Canggih, Ilmuwan Ini Kembangkan Pendeteksi Kanker dengan Jeruk Busuk

Ilustrasi jeruk. (pixabay)

Editor: Dera - Rabu, 8 Desember 2021 | 17:50 WIB

Sariagri - Seorang ilmuwan yang juga mahasiswa PhD Universitas Sydney, Pooria Lesani berhasil mengembangkan pendeteksi kanker dengan menggunakan limbah jeruk busuk. Selain murah, teknik ini diharapkan dapat menjadi metode efektif untuk mendeteksi keberadaan kanker sejak dini.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Teknik Kimia, Lesani menggambarkan probe berbasis jeruk dan berbiaya rendah yang terbukti menjadi nanobiosensor yang berguna untuk menyaring sel-sel yang mungkin berisiko terkena kanker.

Nanobiosenser adalah probe kecil yang "bersinar" dalam sel manusia dan memberi sinyal jika sel-sel itu menjadi asam, menunjukkan keberadaan kanker. Ini menunjukkan sel mana yang paling berisiko terkena kanker, sehingga tindakan pencegahan dapat diambil.

“Banyak penyakit mulai berkembang selama bertahun-tahun dan bahkan puluhan tahun sebelum seseorang menunjukkan gejala sekecil apa pun. Dengan banyak penyakit seperti Alzheimer, sekali ada gejala, sudah terlambat untuk mengobatinya,” kata Lesani, seperti dilaporkan Cosmos Magazine.

Di sebutkan, perangkat ini memungkinkan diagnosis penyakit yang lebih akurat sebelum timbulnya gejala, serta memungkinkan deteksi dini penyakit serius yang terkait dengan fluktuasi pH.

“Kami berharap ini bisa mengarah pada pengobatan dini dan pencegahan penyakit serius. Metode pengujian saat ini dapat menjadi rumit, mahal dan memakan waktu, sedangkan nanobiosensor kami dapat dengan mudah diproduksi dalam skala besar dengan biaya rendah," ungkapnya menambahkan.

Sel asam dan bagaimana limbah jeruk busuk pendeteksi kanker

Jeruk busuk adalah bahan utama dalam nanobiosensor dan merupakan bagian integral untuk membuat titik-titik karbon berpendar, gumpalan kecil karbon yang panjangnya hanya sepermiliar meter.

“Proses pembuatan titik karbon untuk nanobiosensor ini mirip dengan membuat makanan di panci bertekanan tinggi,” kata Lesani.

"Kami membuang semua bahan bersama-sama dalam hal ini jus jeruk tengik dan sedikit air ke dalam reaktor yang agak menyerupai panci bertekanan tinggi, tutup rapat dan letakkan dalam oven ilmiah yang dipanaskan hingga sekitar 200℃," jelasnya.

“Peningkatan suhu dan tekanan di dalam reaktor memecah struktur molekul awal bahan, membantu mereka membentuk bahan baru, titik karbon. Titik-titik ini kemudian digunakan untuk membangun nanobiosensor," tambahnya.

Untuk menggunakan biosensor, biopsi jaringan kecil diambil dari pasien dan dimasukkan ke dalam cawan petri. Biosensor diterapkan ke sel dan diperiksa di bawah mikroskop fluoresen yang mengambil perubahan kecil dalam cahaya.

Jeruk juga tinggi asam askorbat yang meningkatkan fungsi sensor. Jika sel sehat, biosensor bersinar terang, tetapi jika sel lebih pada sisi asam, cahaya redup dan menunjukkan sel mungkin prakanker.

Baca Juga: Canggih, Ilmuwan Ini Kembangkan Pendeteksi Kanker dengan Jeruk Busuk
Diserang Hama Lalat Buah, Petani Jeruk Pamelo di Magetan Rugi Rp12 Juta Per Hektare

Pendeteksi kanker super cepat ini tidak memakan waktu lama dan memberikan hasil yang cepat dan akurat.

“Kami telah mengembangkan nanobiosensor yang sensitif dan hemat biaya untuk mengukur tingkat keasaman sel secara real time. Nanobiosensor ini juga dapat membantu kita untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana penyakit ini berkembang," ujar Lesani.

Selain pencegahan dini, teknik baru ini juga memiliki manfaat tambahan yakni memgirangi jumlah limbah makanan yang berakhir di pembuangan sampah.