Kisah Yoko Daryanto, Petani Hidroponik Batam yang Hadapi Banyak Tantangan

Yoko Haryanto, petani asal Batu Aji, Batam, Kepulauan Riau.(Dok.Pribadi)

Penulis: Arif Sodhiq, Editor: Reza P - Senin, 31 Januari 2022 | 18:15 WIB

Sariagri - Sistem pertanian hidroponik mulai digemari masyarakat. Metode hidroponik membantu masyarakat dalam membudidayakan tanaman dengan lahan terbatas. 

Hal ini dimanfaatkan Yoko Haryanto, petani asal Batu Aji, Batam, Kepulauan Riau. Kecintaannya akan sayuran dan keinginan untuk menjalankan pola hidup sehat membuatnya menekuni profesi sebagai petani hidroponik. 

"Saya mulai itu sekitar enam bulan, jadi karena pandemi kan toko saya sepi dan akhirnya cari kegiatan waktu luang. Karena suka sayuran dan ingin mengurangi (sayuran yang mengandung) pestisida (akhirnya pilih untuk bertani)," ujar dia saat dihubungi Sariagri.id, beberapa waktu lalu. 

Dalam mengembangkan lahan pertaniannya, pemuda berusia 32 tahun itu melakukannya dengan cara bertahap. Dia juga belajar secara otodidak melalui video di Youtube. 

"Semuanya dari awal instalasi bikin sendiri. Berawal dari ember, caranya lihat di Youtube tutorialnya kan banyak tuh. Dari ember, terus coba paralon 50 lubang terus kok seru gitu kan jadi saya tambah terus sampai sekarang," katanya. 

Yoko mengaku sempat mengalami kegagalan di awal memulai pertaniannya. Namun hal itu tidak membuat semangatnya turun dan masih terus mengembangkan pertanian hidroponik di atap rumahnya. 

"Gagal ada, waktu masih awal-awal, tapi masalahnya di hama sama kalau awal-awal masih belum telaten kaya ngisi air nutrisi. Itu aja masalahnya. Gagalnya sekitar 20 lubang mati layu, tapi sekrang nggak ada masalah," jelasnya.  

"Kalau hama sekarang juga nggak terlalu ganas karena sudah pindah ke atap rumah. Kalau di bawah agak ganas karena lembab," lanjutnya. 

Meski demikian, Yoko mengaku masih tetap menghadapi tantangan dalam mengembangkan lahan pertanian atap dengan luas 100 meter persegi itu. 

"Tantangannya kalau sekarang itu paling bahan baku. Barang-barang kaya air nutrisi, benih itu masih pesan online. Benih sebenarnya sudah banyak juga di Batam cuma harganya lumayan jadi saya pilih online dari Jakarta atau Surabaya," ungkapnya. 

"Tantangan lainnya itu cuaca, karena Batam itu panas banget, jadi harus jaga suhu panasnya. Karena kalau panas langsung layu, walaupun sorenya seger lagi tapi hasilnya tanaman bakal pahit sih," lanjutnya. 

Saat ini dia mengembangkan tiga jenis sayuran hidroponik yaitu pokchoy, bayam merah dan selada. Dia memasarkan hasil pertaniannya melalui media sosial dan ke warga di lingkungan sekitarnya. 

"Pemasaran masih Instagram aja sih. Sama tetangga paling, terus sama ibu pengajian teman-teman. Mertua saya suka datang ke rumah buat beli saat panen," katanya. 

Baca Juga: Kisah Yoko Daryanto, Petani Hidroponik Batam yang Hadapi Banyak Tantangan
Kantongi Omzet Puluhan Juta Per Bulan, Ini Kisah Sukses Petani Hidroponik Asal Madura

"Kalau di batam itu, sayuran hidroponik lebih disukai orang-orang luar dibanding orang lokal. Karena kalau orang lokal itu lebih suka yang murah cuma kalau orang-orang luar lebih sadar dengan kesehatan yang bebas pestisida," jelasnya.

Ke depan, Yoko berharap dapat menjadi supplier hidroponik di Batam dan akan dilakukan secara bertahap. 

"Mungkin kalau ke depannya lagi kalau sudah bisa supplynya rutin seperti dua hari sekali karena sekrang kan masih satu minggu lebih, saya rencana mau ditaruh di toko saya sendiri dulu. Toko saya kan toko serba ada. Kalau supply-nya rutin saya mau taruh sayuran di toko saya juga. Pengennya gitu sih," pungkasnya.