Jeritan Petani Akibat Belasan Hektare Tanaman Timun Rusak Diserang Hama dan Hujan

Siti Komariah (48) mengaku lahan miliknya sepanjang 250 meter dengan lebar 150 meter persegi rusak akibat serangan hama dan diguyur hujan. (Sariagri/Arief L)

Editor: Reza P - Sabtu, 5 Februari 2022 | 17:00 WIB

Sariagri - Para petani timun di Dusun Kotteh, Desa Buluh Bawah, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur resah lantaran musim hujan tanaman mereka rusak.

Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur lebih dari sepekan, mengakibatkan tanaman menjadi cepat busuk, layu dan mati. Kondisi itu diperparah dengan serangan hama kutu kuya, membuat buah timun tak bisa berkembang maksimal dan banyak yang busuk.

Salah satunya dirasakan Siti Komariah (48), yang mengaku lahan miliknya sepanjang 250 meter dengan lebar 150 meter persegi rusak akibat serangan hama dan diguyur hujan.

“Kerusakan tanaman timun milik saya perkiraan sekitar 50 persen lebih akibat hujan. Sedangkan buah timun yang kerdil karena hama, total ada 80 persen. Awal tahun 2022 ini, petani timun tidak mendapat hasil panen yang maksimal,” Ujar petani timun, Siti Komariah kepada Sariagri, Sabtu (5/2).

Ia menjelaskan akibat terlalu banyak diguyur hujan, bagian akar dari tanaman timun menjadi terendam air dan cepat busuk. Tanaman kemudian tidak mampu bertahan lama dan mengalami layu disusul tak lama berikutnya mati.

“Akibatnya petani timun di wilayah ini mengalami  penurunan produktivitas dibanding masa panen sebelumnya,” aku Siti sambil menunjuk area lahan timun yang dimaksudkannya.

Anjloknya hasil panen juga turut andil disumbang oleh serangan hama kutu kuya atau oteng-oteng.

Siti mengatakan hama oteng-oteng merupakan kumbang perusak daun. Akibat serangan hama ini menyebabkan tanaman timun meranggas dengan menyisakan tulang daun hingga akhirnya mati.

“Hama kecil ini berukuran sekitar 1 cm dengan sayap berwarna kuning polos. Oteng-oteng menyerang daun dengan memakan daun-daun muda hingga batang muda. Akibatnya buah timun tidak mampu tumbuh maksimal menjadi kerdil dan cenderung cepat busuk,” jelasnya sambil menunjukan contoh timun yang kerdil dan rusak.

Ia mengaku untuk panen kali ini mengalami penurunan sekitar 80 persen lebih dibanding dengan hasil panen timun pada sebelumnya.

“Panen sebelumnya tiap kali petik bisa dapat 5 kuintal. Sekarang paling banyak 2 karung atau sekitar 50 kilo saja. Itupun yang kondisinya bagus, sisanya timun banyak yang tak laku dijual karena mutunya rendah, berwarna kuning dan hanya bisa dijadikan pakan ternak,” keluhnya.

Berbagai upaya untuk mengatasi hama sudah dilakukannya, termasuk menaburkan nematisida pada pangkal batang segera setelah tanaman terlihat tumbuh daun. Namun usaha itu tak membuahkan hasil yang maksimal.

“Menabur nematisida sudah, penyemprotan insektisida seperti regent, curacron, dursban, dan matador juga sudah. Namun hasilnya juga tak menggembirakan, hama masih selalu ada,” kata dia.  

Bahkan, imbuhnya, petani timun saat ini juga dipusingkan dengan datangnya hama kutu putih dan ulat grayak yang juga menyerang buah timun.

“Hama Ulat dan kutu putih ini menyerang buah timun yang masih mudah sebelum kita sempat memanennya,” ucap Siti.

Baca Juga: Jeritan Petani Akibat Belasan Hektare Tanaman Timun Rusak Diserang Hama dan Hujan
Jangan Langsung Buang, Ini Manfaat yang Kamu Dapat dari Sisa Buah dan Sayur

Ia menyebutkan ada belasan hektare lahan tanaman timun di wilayahnya yang terserang hama dan terdampak hujan. Para petani berharap ada bantuan modal dari pemerintah atas kerugian yang diderita saat ini, agar bisa melakukan tanam berikutnya.

“Tolonglah jeritan petani di sini didengarkan. karena tanam yang sekarang sudah rugi dan tidak dapat untung, kalau bisa ada bantuan modal. Kami juga menginginkan penyuluhan atau teknologi dalam memerangi hama,” tandasnya.