Cerita Pak Suri, Memilih Bertani untuk Tetap Produktif di Hari Tua

Petani Surinanto di kebun tomat dan cabai. (Sariagri/Dwi Rachmawati)

Editor: M Kautsar - Rabu, 16 Februari 2022 | 13:50 WIB

Sariagri - Bertani bisa menjadi salah satu alternatif kegiatan positif dalam mengisi kesibukan di hari tua. Salah satunya seperti yang dilakukan Surinanto (60) pria asal Semarang Jawa Tengah ini lebih memilih bertani untuk tetap produktif di usianya.

Setelah pensiun dari Koperasi Peternakan Pangalengan, Bandung, Suri panggilan akrabnya pada 2014 mendapat kesempatan untuk menggarap lahan pertanian di Desa Sukanagalih, Pacet, Cianjur, Jawa Barat. Saat ini luas lahan garapannya sudah mencapai 3 hektar.

"Saya dulu kerja di koperasi peternakan sapi perah di Pangalengan. Setelah pensiun dari sana, saya sempat pulang ke Semarang, saat itu saya cuma luntang-lantung, alias makan, tidur, main," ujar Surinanto, kepada Sariagri saat ditemui di lokasi.

"Kebetulan ada teman dia dapat uang bantuan dari Kanada mengenai kesehatan lingkungan dan pemanfaatan limbah, salah satunya di pertanian. Kemudian dia ngajak saya bertani, katanya daripada luntang-lantung," jelasnya.

Suri bercerita awalnya mereka mencoba menanam kentang. Namun setelah dipelajari dan dicoba, ternyata komoditas kentang kurang cocok ditanam di lahan tersebut.

"Setelah saya pelajari dan coba, saya bilang ke teman saya itu kalau untuk kentang daerah sini kurang bagus, karena dari jenis tanah dan ketinggian tempat yang kurang. Tapi dia bersikeras, akhirnya saya tetap coba, ternyata gagal. Rp400 juta melayang saja," ungkapnya.

Dari kegagalan menanam kentang itu, Suri menyarankan rekannya untuk menanam cabai dan tomat karena dua komoditas itu lah menurut Suri paling sering dibudidayakan petani sekitar.

"Saya belajar lewat kearifan lokal saja, di mana komoditas yang paling sesuai ditanam di sini. Tapi rekan saya pilih mundur. Akhirnya saya teruskan sendiri," jelasnya.

Suri mengatakan, keputusan dia untuk melanjutkan menggarap lahan pertanian karena dia tidak ingin lagi bekerja di bawah perintah orang di usianya yang sudah lebih dari setengah abad itu. Selain itu, kebebasan dan ketenangan, kata Suri menjadi hal yang ia rasa bisa didapat dari bertani.

"Saya bertani bukan untuk cari profit yang utama, yang penting saya masih produktif di usia saya ini. Coba kalau saya cuma makan tidur gimana? kalau bertani ini saya banyak gerakan badan terasa lebih sehat," paparnya.

Komoditas tomat dan cabai, dipilih Suri saat ini karena dianggap lebih ekonomis. Dia melakukan penanaman secara bertahap agar panen bisa dilakukan secara berkelanjutan di sepanjang tahun.

Tantangan bertani

Kebun tomat garapan Surinanto. (Foto Sariagri/Dwi Rachmawati)
Kebun tomat garapan Surinanto. (Foto Sariagri/Dwi Rachmawati)



Setelah 6 tahun menjalani kegiatan bertani, Suri merasa selama ini ada ketidakadilan yang harus ditanggung petani dalam rantai pemasaran.

"Jadi masalah di pemasaran, saya merasa tidak adil untuk petani. Selama ini yang banyak mengambil keuntungan itu tengkulak daripada petani," ungkapnya.

Karena itu, saat ini, Suri tengah mengupayakan agar bisa memasok hasil panennya langsung ke pasar pengecer. "Ini sekarang ada yang ngambil langsung ke kebun untuk dijual ke pedagang pengecer, jadi nggak lewat tengkulak. Tapi kan kalau kayak gini nggak bisa skala besar penyerapannya kayak tengkulak," jelasnya.

Baca Juga: Cerita Pak Suri, Memilih Bertani untuk Tetap Produktif di Hari Tua
Kisah Didik yang Usahanya Kerap Gagal, Kini Sukses Budi Daya Alpukat



Suri berharap pemerintah bisa lebih fokus memperbaiki tata niaga pertanian. Sebab, menurut dia, selama ini bantuan dari pemerintah untuk kebutuhan petani di hulu sebenarnya kurang efektif. Dengan memperbaiki rantai distribusi pangan yang lebih berkeadilan untuk petani, kata Suri, bisa lebih efektif meningkatkan kesejahteraan petani.

"Jadi seharusnya setiap komoditas pertanian juga bisa ditetapkan HPP-nya kayak padi saja," tambahnya.

Video terkini: