Kisah Petani Milenial Kalsel Usaha Hidroponik Raup Cuan Melimpah

Asrianysah, petani milenial asal Kalsel (Istimewa)

Penulis: Rashif Usman, Editor: M Kautsar - Minggu, 17 April 2022 | 19:30 WIB

Sariagri - Pertanian hidroponik memang semakin banyak diminati beberapa waktu belakangan ini. Pasalnya, metode satu ini tidak perlu memakai lahan yang luas dan juga mampu meraup hasil yang menguntungkan.

Salah satunya adalah Asriansyah (28), seorang petani asal Kabupaten Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan yang sudah menekuni pertanian hidroponik sejak 2017. Lantas, bagaimana kisahnya bisa menjadi petani hidroponik? Simak ulasan satu ini.

Asri sapaan akrabnya mengatakan mengenal pertanian hidroponik sejak kuliah. Kala itu, ia sedang melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan salah satu programnya adalah budidaya tanpa tanah yakni hidroponik. Dari situ ia mulai menekuni metode hidroponik.

"Selesai dari KKN itu mikir kan, ini kenapa kita kasih edukasi ke orang tapi kita sendiri tak mempraktikkan sendiri. Jadi coba-cobalah (hidroponik) skala kecil pakai styrofoam bekas anggur. Awalnya tanam pakcoy. Itu di tahun 2017," ujar Asri kepada Sariagri.

"Setelah itu, kita coba promosikan di Whatsapp. Ternyata ada peminatnya, terus kita jual. Setelah dijual mikir ternyata ini menghasilkan juga ya. Jadi kita perbanyak lagi tambah 10 boks," sambungnya.

Semakin banyak peminat sayuran hidroponik membuat Asri beralih ke media paralon di 2018. Ia menanam selada lantaran lebih menguntungkan. "Awal-awal ramai itu selada, wah ini terlihat menguntungkan karena harganya juga lumayan lebih mahal dari pada pakcoy tadi. Jadi kita pindah ke selada," ucapnya.

Baca Juga: Kisah Petani Milenial Kalsel Usaha Hidroponik Raup Cuan Melimpah
Kisah Sarjana Teknik Sipil Jadi Petani Hidroponik, Omzet Sebulan Capai Belasan Juta Rupiah

Usahanya semakin berkembang, kini Asri memiliki kebun hidroponik dengan kapasitas kurang lebih 5 ribu lubang tanam. Tak hanya menjual sayuran, ia juga menyediakan peralatan hidroponik dan edukasi. Hasil panen dari kebunnya pun ia jual ke beberapa tempat usaha kuliner.

"Awalnya sih untuk selada biasanya ke usaha kuliner, seperti kebab dan restoran. Kalau untuk yang sayur lainnya kita (jual) ke depo sayur atau masyarakat sekitar. Kisaran omzet untuk kebun itu kurang lebih Rp5 jutaan sampai Rp10 jutaan," pungkasnya.