Lewat Fotosintesis Buatan, Tanaman Dalam Kegelapan Total Berhasil Tumbuh

Ilustrasi tanaman. (pixabay)

Editor: Dera - Jumat, 1 Juli 2022 | 12:50 WIB

Sariagri - Para ilmuwan di UC Riverside dan University of Delaware, AS menemukan cara untuk menumbuhkan tanaman dalam kegelapan total menggunakan "fotosintesis buatan." Teknologi ini bisa diterapkan untuk budidaya pertanian di daerah minim sinar matahari, bahkan di luar angkasa.

Melansir indianexpress.com, para peneliti menanam tanaman dalam kegelapan total dengan media "asetat" yang menggantikan proses fotosintesis biologis. 

Mereka menggunakan proses elektrokatalitik dua langkah untuk mengubah karbon dioksida, listrik, dan air menjadi asetat. Tanaman penghasil makanan kemudian mengonsumsi asetat ini untuk tumbuh.

Menariknya, jika dikombinasikan dengan panel tenaga surya, sistem ini dapat meningkatkan efisiensi konversi sinar matahari hingga 18 kali lebih banyak daripada fotosintesis biologis pada beberapa tanaman.

Dalam percobaan, para ilmuwan menunjukkan bahwa teknologi ini dapat digunakan untuk menumbuhkan berbagai macam organisme penghasil makanan dalam gelap termasuk ganggang hijau, ragi dan miselium yang menghasilkan jamur.

Teknologi ini bahkan bisa menghasilkan ganggang empat kali lebih hemat energi daripada menumbuhkannya dengan fotosintesis asli. Selain itu produksi ragi bisa 18 kali lebih hemat energi daripada cara yang biasanya dibudidayakan menggunakan gula yang diekstraksi dari jagung.

Baca Juga: Lewat Fotosintesis Buatan, Tanaman Dalam Kegelapan Total Berhasil Tumbuh
Jarang Diketahui, Eceng Gondok Ternyata Bisa Dijadikan Media Tanam



Para peneliti juga menguji potensi penggunaan teknologi ini untuk menanam kacang tunggak, tomat, tembakau, beras, kanola, dan kacang hijau. Semua tanaman mampu menggunakan karbon dari media asetat ketika dibudidayakan dalam gelap.

Dengan menghilangkan ketergantungan pada matahari, fotosintesis buatan ini membuka kemungkinan untuk menanam tanaman pangan di bawah kondisi sulit di masa depan karena perubahan iklim. Secara potensial, kekeringan, banjir, dan berkurangnya ketersediaan lahan tidak akan menjadi ancaman bagi ketahanan pangan global jika tanaman dapat ditanam di lingkungan yang terkendali dan efisien seperti itu.