Bisa Jadi Pengganti Beras, Begini Cara Mudah Budidaya Ganyong

Ilustrasi tanaman ganyong. (cybex.pertanian.go.id)

Editor: Dera - Senin, 6 Februari 2023 | 10:00 WIB

Sariagri - Tanaman ganyong memang digadang-gadang menjadi bahan pangan alternatif pengganti beras. Bukan tanpa alasan, tanaman ini memiliki nilai nutrisi yang tinggi.

Umbi tua ganyong dimanfaatkan sebagai sumber pati. Kandungan karbohidrat ganyong cukup tinggi atau setara dengan umbi-umbi yang lain, namun lebih rendah daripada singkong. Lantaran kaya nutrisi untuk energi, maka ganyong berpotensi sebagai bahan pangan pokok.

Lalu, bagaimana cara budidaya tanaman ganyong?

Tanaman ganyong dibiakkan dengan cara vegetatif melalui pemotongan umbi berukuran sedang dengan mata tunas 1-2. Pemotongan umbi lebih disukai untuk menjaga kemurnian genetik klon dibandingkan dengan menggunakan biji.

Umbi yang digunakan adalah umbi yang masih muda bukan yang bagian cokelat tua. Seluruh umbi dapat ditanam, terpisah pada jarak 50 cm dan kedalaman 15 cm. Bila ditanam terlalu dekat, tanaman terlalu berdesakan, mengakibatkan penampilan jelek.

Pada tanah liat dianjurkan menggunakan jarak tanam 90 x 90 cm, dengan jarak barisan 90 cm begitu juga jarak antara barisannya. Pada lahan yang masih banyak ditumbuhi oleh rerumputan atau alang-alang, sebaiknya menggunakan jarak tanam lebih lebar yaitu 135 cm x 180 cm, sedangkan pada tanah liat berat menggunakan jarak tanam 120 cm x 120 cm.

Pada tanah pegunungan yang biasanya miring dan sudah dibuat teras, tanaman ganyong sangat menguntungkan karena selain menghasilkan, juga dapat memperkuat lahan teras tersebut. Adapun jarak tanam di lahan berbentuk teras adalah 50 cm urut sepanjang tepi teras.

Lebih baik menanam ganyong pada musim hujan, bila tidak, harus diairi. Ganyong ditanam pada bedengan yang telah diolah seluruhnya dan dicampur dengan pupuk dan kompos yang cukup.

Melansir cybex.pertanian.go.id, berikut cara memelihara tanaman ganyong

1. Penyiangan

Menjaga kebersihan bedengan atau areal tanaman dari gangguan gulma, terutama pada masa awal pertumbuhannya. Gulma dapat menghabiskan unsur hara, sehingga pertumbuhan ganyong yang masih muda bisa kekurangan unsur hara.

2. Pembumbunan

Tahap ini yaitu proses menggemburkan tanah. Tanah yang gembur akan membuat umbi yang terbentuk dapat berkembang dengan optimal. Pembumbunan dapat dimulai pada saat ganyong berumur 2-2,5 bulan.

3. Penyiraman

Bibit yang mulai bertunas banyak sekali memerlukan air, udara dan unsur-unsur hara serta sinar matahari yang cukup untuk menunjang pertumbuhannya terutama untuk memperbanyak akar.

4. Pemupukan

Ganyong menyenangi tanah yang gembur (bernutrisi dan sehat). Pupuk yang sangat diperlukan adalah pupuk kandang atau kompos. Pupuk ini dapat diberikan bersamaan dengan pembumbunan.

5. Penyakit dan hama

Secara umum ganyong adalah tanaman keras dengan sedikit penyakit dan hama. Beberapa penyakit tanaman seperti Fusarium, Puccinia, dan Rhizoctonia Sp, sementara hamanya antara lain kumbang dan belalang yang memakan daun, serta cacing yang menyerang umbinya.

6. Pemanenan

Umbi ganyong dapat dipanen 4-8 bulan setelah tanam dengan cara dicabut atau digali. Ciri umbi matang adalah apabila potongan segitiga bagian terluar daun umbi berubah menjadi ungu.

Panen setelah 8 bulan dapat memberikan hasil yang lebih tinggi, karena umbi ganyong telah mengembang secara maksimum. Hasil umbi bervariasi dari 23 ton per hektare pada 4 bulan menjadi 45-50 ton per hektare pada 8 bulan, atau 85 ton per hektare setelah setahun. Sementara tepung yang dihasilkan adalah 4-10 ton per hektare.

Baca Juga: Bisa Jadi Pengganti Beras, Begini Cara Mudah Budidaya Ganyong
Langkah Mudah yang Harus Dilakukan Jika Ingin Budidaya Jamur Tiram

7. Penanganan setelah panen

Umbi segar yang baru dipanen harus ditangani secara hati-hati. Bila akan dikonsumsi, harus dilakukan segera setelah panen. Bila dibiarkan lebih dari 10 bulan umbi ganyong akan menjadi keras, kurang dapat dikonsumsi, dan tepung yang dihasilkannya sangat rendah.

Umbi yang sudah bersih dapat disimpan beberapa minggu pada kondisi sejuk dan kering. Untuk produksi tepung komersial, umbi diproses segera setelah panen. Untuk memperoleh patinya, umbi diparut, ditambahkan air, dan bubur patinya disaring, dipisahkan melalui pengendapan dan selanjutnya dikeringkan.